NU: Perlawanan Terhadap Penjajah.

Al-Khilafah Islamiyah Perkara Mendesak..

Mendudukan Sejarah Kekhilafah`n Islam.

invitation to think: 3

/ On : Senin, April 25, 2011/
 "Sickness of Society and the Medication"

       Jika kita mencermati realitas yang ada saat ini, maka dengan jelas kita akan menemukan bahwa masyarakat saat ini sedang ada dalam kemerosotan yang teramat parah. Kehidupan yang diwarnai berbagai perilaku menyimpang yang merendahkan derajat manusia dibawah derajat hewan. Karena itu diperlukan suatu konsep pemikiran baru yang bisa menggantikan pemikiran yang sedang mendominasi di tengah-tengah masyarakat, untuk mengangkat derajat masyarakat, menciptakan kondisi kondusif di tengah-tengah masyarakat.
       Tapi kondisi masyarakat yang ideal itu tidak mungkin terbentuk jika masyarakat tidak menyadari kalau dirinya sedang menghadapi masalah, tidak menyadari bahwa dirinya sedang berada dalam kemerosotan yang teramat parah. Karena itu, harus ada segelintir masyarakat yang sadar. Keberadaan masyarakat yang sadar itulah yang akan berperan sebagai 'sel awal' yang terus berkembang dan menyembuhkan kemerosotan yang tengah dialami oleh masyarakat. Dan 'sel awal' ini harus mampu menyadarkan masyarakat bahwa masyarakat harus berubah karena ibarat pasien yang sedang sakit parah, masyarakat yang tengah sakit ini tidak dapat berbuat banyak.


Mengapa Masyarakat Sakit?
       Perlu disadari pula bahwa penyakit yang tengah diderita masyarakat ini merupakan kemerosotan yang telah mengakar (radikal) di tengah-tengah masyarakat. Kemerosotan yang radikal ini disebabkan oleh suatu tatanan kehidupan yang rusak. Tatanan kehidupan yang rusak ini disebut Kapitalisme, yaitu suatu tatanan kehidupan yang menjadikan materi (maksudnya: kepuasan pribadi) sebagai tolak ukur perbuatan. Ketika Kapitalisme diterapkan dalam kehidupan masyarakat, maka kehidupan yang rusak pun akan tercipta. Kita lihat dalam kehidupan sosial, ketika kepuasan pribadi dijadikan tolak ukur perbuatan dalam interaksi sosial maka yang terjadi di kalangan anak-anak muda saat ini adalah kehidupan yang bebas, yang berakhir dengan kasus hamil pra nikah, aborsi, narkoba, dan Aids. Dalam kehidupan beragama pun menjadi rusak, tak sedikit orang yang menghalalkan segala cara untuk menjadi kaya atau memenuhi kebutuhan pokoknya dengan cara-cara yang melanggar ketentuan Islam. Dalam kehidupan berekonomi, transaksi ribawi yang sudah jelas Allah haramkan menjadi sesuatu yang marak dan dianggap menguntungkan, karena hanya melihat keuntungan materi yang sebetulnya tidak seberapa jika dibandingkan dengan bahaya yang akan dihadapi masyarakat. Ibaratnya kita tergoda oleh emas yang berserakan dipinggir pantai, sedangkan kita mengabaikan ombak Tsunami raksasa setinggi 25 m -didepan batang hidung- yang siap menghancurkan kita serta seluruh emas yang berserakan di pantai itu. Aneh bukan?! Belum lagi dalam kehidupan politik. Dalam islam ,politik berasal dari kata siyasah yang bermakna strategi untuk mengurus segala macam kebutuhan masyarakatnya. Tentu ini sangat berlawanan dengan politik yang syarat dengan kepentingan sebagaimana yang tengah terjadi saat ini. Politik yang syarat dengan kepentingan, kotor, haus kekuasaan dan yang terpenting mengabaikan kepentingan masyarakat dan lebih menguntungkan kepentingan para pemilik modal, hal ini bisa kita lihat dengan jelas dalam berbagai produk DPR seperti UU Migas, Minerba, Penanaman Modal, KDRT, dll yang semua itu syarat dengan pesanan (kepentingan) asing. Akhirnya lagi-lagi bahaya yang kokoh menjulang langit itu pun tidak terlihat. Benar-benar aneh!
       Tapi begitulah faktanya, segala perbuatan yang diukur berdasarkan materi (kepuasan pribadi) pada akhirnya akan membutakan dan membahayakan diri kita, sebagian besar sudah kita rasakan setelah 66 tahun  -sejak merdeka- bangsa ini menerapkan tatanan kehidupan Kapitalisme yang rusak. Padahal, Allah SWT menurunkan islam dan mengutus baginda Rasulullah untuk menyebarkannya ke seluruh umat manusia sebagai solusi mendasar dan menyeluruh bagi kehidupan. Islam tidak menghendaki kepuasan pribadi menjadi tolak ukur perbuatan, justru islam melarang kita untuk menngikuti hawa nafsu! Karena itu Islam mengajarkan bahwa seluruh perbuatan kita di dunia ini harus terikat dengan aturan Allah, terikat halal dan haram! Mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi apa yang menjadi larangan-Nya. Itulah arti taqwa!
      Jika saja tatanan kehidupan yang mendominasi di masyarakat adalah tatanan kehidupan yang berdasarkan islam -yang menjadikan halal dan haram sebagai tolak ukur benar salah dalam perbuatan-, pasti akan terbentuk ketaqwaan individu yang mantap sehingga berdampak pada meningkatnya taraf kehidupan dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Sebagaimana pernah terjadi dalam kehidupan Islam di masa Rasulullah, Khulafaur Rasyidin, dan para Khalifah berikutnya. Tentu tatanan kehidupan yang berasas islam ini hanya dapat ditemukan dalam sistem pemerintahan yang berasal dari islam. Itulah Khilafah Islam. Wallahu'alam..

0 komentar:

Posting Komentar

be nice, keep it clean my friend

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Watch videos at Vodpod and more of my videos

Followers

Foto Saya
bilal mubaraqi
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
a sore loser | full time dreamer | part time achiever | self centered servant | educator | big brother of insolent brothers | arts lover | half ass photographer
Lihat profil lengkapku