Oleh:
Setiawan Hidayat
(Kajian Islam Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia)
28 Oktober 2011
Melihat fakta yang ada saat ini begitu memprihatinkan dan mengecewakan. Betapa tidak! Di tengah kondisi yang carut-marut dan jauh dari kesejahteraan, pemerintah kita hanya banyak bicara dan tidak pernah memberikan tindakan yang nyata. Lemahnya kekuatan pemerintah karena secara terus-menerus di tekan oleh pihak asing mungkin menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tunduknya negeri ini kepada para kapitalis asing dan domestik yang saling bekerjasama.
Sebagai contoh takluknya negara pada kapitalis asing adalah kasus Freeport yang tidak kunjung selesai. Pemerintah menginginkan menaikkan royalti agar sesuai dengan PP No. 45/2003, yaitu royalti emas 3,75%, tembaga 4%, dan tembaga 3,25%. Karena royalti yang diterima negara saat ini adalah emas 1%, perak 1,25%, dan tembaga 1,5% sampai 3,5%. Sungguh ironi betapa kecilnya negara ini mendapatkan bagian, padahal tambang emas itu milik rakyat Indonesia. Namun, kenyataannya akibat perjanjian yang salah melalui kontrak karya yang sudah puluhan tahun SDA tersebut menjadi milik para pemodal asing.
Tercatat dari tahun 2005 sampai September 2010 total penjualan Freeport sebesar US$ 28.816 juta atau jika dikonversi kerupiah menjadi Rp. 259,34 triliun. Laba kotornya dari pejualan tersebut adalah US$ 16.607 juta atau setara dengan 150,033 triliun. Coba kita bandingkan dengan royalti yang dibayarkan kepada Indonesia yang hanya sebesar US$ 732 juta atau Rp. 6,588 triliun.
Sangat mengejutkan melihat data tersebut, tapi kita tidak perlu begitu terkejut karena memang bukan hanya Freeport yang telah memprivatisasi SDA yang ada di Indonesia. Masih ada Exxon Mobile, Chevron, New Mount, dan yang lainnya. Sehingga bukan hanya emas yang digondol tapi lebih dari 90% kekayaan negeri ini hilang ditelan Sistem Kapitalisme.
Karena ideologi ini pula SDA yang tersedia tidak bisa dimiliki secara penuh oleh Indonesia. Hal ini menunjukkan secara telak bahwa negeri ini telah takluk ditangan para kapitalis. Jangan harap kesejahteraan akan kita dapatkan selama para kapitalis itu masih menginjakkan kaki di negeri ini dan selama ideologi rakus Kapitalisme diterapkan di negeri ini.
Satu lagi bukti rusaknya sistem yang diterapkan di negeri ini dan bejadnya pemerintah negeri ini adalah di bidang hukum dan peradilan. Seorang nenek bernama Saodah (54 tahun) yang buta huruf, di penjara selama 2 bulan di LP Labusona Sumut gara-gara diduga mencuri 2 biji kelapa sawit senilai Rp. 2000,-. Sungguh biadab UU negeri ini yang merupakan produk sistem kapitalisme, dimana para pencuri kecil -yang baru diduga saja- dijatuhi hukuman secara langsung, sedangkan para pencuri kelas berat seperti koruptor dibiarkan begitu saja bebas berlenggang menjelajah negeri. Padahal mereka sudah jelas mencuri uang rakyat yang jumlahnya tentu sangat besar, jauh bila dibandingkan dengan dua biji kelapa sawit. Parahnya lagi, korupsi di negeri ini bukan di basmi tapi dipelihara oleh negara melalui UU.
Itu merupakan beberapa fakta yang ada dan masih banyak lagi fakta-fakta lainnya yang menunjukkan bobroknya negeri ini akibat penerapan sistem jahiliyah. Sehingga kerusakan yang ditimbulkan bukanlah satu aspek melainkan seluruh aspek baik politik, ekonomi, pendidikan, pergaulan, dan sebagainya.
Anehnya orang-orang Pancasilais tidak pernah berteriak ketika ketidak adilan ditegakkan dan ketika SDA dirampok oleh para kapitalis. Mereka bungkam dan tidak hadir dalam membela kepentigan rakyat. Patut dipertanyakan kepada negeri Pancasila ini kemanakah Timor Timur? Kenapa dibiarkan berlepas diri dari negeri ini, padahal secara tegas dinyatakan dalam sila ke tiga Persatuan Indonesia, dimanakah integritas itu? Apakah ketika Timor Timur lepas orang-orang Pancasilais beriteriak menahannya? Kemudian ketika rakyat diperlakukan tidak adil oleh penguasa rakus para Pancasilais itu tidak juga bersua.
Seharusnya jika mereka Pancasilais sejati, mereka dengan gagah berani berhadapan dengan para penguasa kejam dan bule-bule perampok SDA serta menggugat sistem yang ada saat ini. Tapi kenyataannya tidaklah demikian.
Nah, inilah salah bukti bahwa orang-orang yang mengaku memperjuangkan kepentingan rakyat ternyata hanya pura-pura dan tidak totalitas atau tidak tahu dan sadar bahwa rakyat telah dizalimi atau mungkin juga pura-pura tidak tahu. Sangatlah wajar bila kita menanyakan jargon-jargonnya seperti NKRI harga mati dan sudah final, apakah perampokan kekayaan alam oleh Freeport juga sudah final sehingga kepemilikan tambang emas tersebut tidak boleh diambil alih oleh rakyat melalui negara? Apakah rakyat yang merasakan ketidak adilan juga sudah final sehingga tidak boleh disejahterakan melalui perjuangan? Atau apakah rakyat Papua yang dalam keterbelakangan dibiarkan saja dan tidak boleh diangkat derjatnya sebagai manusia? Apakah situasi Indonesia yang sudah rusak di semua aspek ini juga sudah final? Dan masih banyak lagi pertanyaan lainnya.
Sementara itu, ada orang-orang bagian dari negeri ini yang mengajukan solusi dan sedang memperjuangkan kepentingan rakyat malah diteriaki dan dicap tidak Pancasilais. Mereka itulah yang benar-benar memperjuangkan kepentingan umat bukan hanya untuk rakyat Indonesia saja tapi untuk seluruh dunia melalui tegaknya Syariah Islam hukum Sang Pencipta pemilik alam semesta, manusia, dan kehidupan yang tidak akan diragukan lagi keauntetikannya dan pasti menjadi rahmat bagi seluruh alam karena Sistem Islam telah membuktikannya selam 1400 tahun memimpin dunia dan telah menyejahterakan manusia di bumi ini.
Maka kita sebagai mahasiswa sudah selayaknya menjadi bagian dalam perjuangan ini dan beridiri di barisan terdepan.
Inilah sumpah mahasiswa Indonesia yang tidak banyak orang tahu karena tidak pernah dipubilkasikan. Ketika itu semua mahasiswa seluruh Indonesia berkumpul di Senayan pada tanggal 18 Oktober 2009 yang berjumlah lebih dari 5000 orang dan menyerukan satu solusi untuk Indonesia lebih baik dan negeri-negeri muslim lainnya yakni dengan Syairah dan Khilafah.
SUMPAH MAHASISWA
Setelah kami melihat, mencermati dan menganalisa fakta kerusakan yang ada serta merumuskan kondisi ideal, maka demi Allah, Zat yang jiwa kami berada dalam genggaman-Nya, kami mahasiswa Indonesia bersumpah :
1. Dengan sepenuh jiwa, kami yakin bahwa sistem sekuler, baik berbentuk kapitalis-demokrasi maupun sosialis-komunis adalah menjadi sumber penderitaan rakyat dan sangat membahayakan eksistensi Indonesia dan negeri-negeri muslim lainnya.
2. Dengan sepenuh jiwa, kami yakin bahwa kedaulatan sepenuhnya harus dikembalikan kepada Allah SWT – Sang Pencipta alam semesta, manusia dan kehidupan - untuk menentukan masa depan Indonesia dan negeri-negeri muslim lainnya.
3. Dengan sepenuh jiwa, kami akan terus berjuang tanpa lelah untuk tegaknya Syari’ah Islam dalam naungan Negara Khilafah Islamiyah sebagai solusi tuntas problematika masyarakat Indonesia dan negeri-negeri muslim lainnya.
4. Dengan sepenuh jiwa, kami menyatakan kepada semua pihak bahwa perjuangan yang kami lakukan adalah dengan seruan dan tantangan intelektual tanpa kekerasan.
5. Dengan sepenuh jiwa, kami menyatakan bahwa perjuangan yang kami lakukan bukanlah sebatas tuntutan sejarah tetapi adalah konsekuensi iman yang mendalam kepada Allah SWT.
Sumber referensi:
Al Islam edisi 14 Oktober 2011
Media umat edisi 21 Oktober – 3 November 2011
0 komentar:
Posting Komentar
be nice, keep it clean my friend